Dari Cocomelon Aku Belajar

Akhirnya nulis lagi setelah istirahat lama banget sejak hamil, melahirkan, sampai sekarang si anak udah berumur 21 bulan 😀 .  Selama hampir 3 tahun ini rasanya banyak banget perubahan-perubahan yang saya alami. Terutama perubahan besar menjadi seorang ibu.

Bagaimana tidak, sebelum Bodhi (nama anak saya) lahir, saya adalah orang yang tidak terlalu suka dengan anak kecil. Bukan benci sih, tapi lebih ke tidak tahu harus “ngobrolin apa” dan tidak tahu “mau ngapain”. Ketika ada suatu waktu atau suatu pertemuan yang melibatkan anak kecil, (misalnya saat sedang bertemu teman dan teman saya itu mengajak anaknya) saya jadi auto-kikuk. Obrolan paling maksimal yang bisa saya tanyakan kepada si anak hanya “Namanya siapa”, “kelas berapa”, atau “sudah sekolah belum”. Setelah itu ya sudah, saya tidak tahu lagi harus ngobrol apa sama anak kecil.

Kecanggungan ini semakin menjadi-jadi saat melihat teman lain yang kayaknya kok gampang banget berkomunikasi dengan anak kecil. Ngobrol, bercanda, ketawa-ketawa, nyanyi-nyanyi, bahkan menggendong pun bisa. Saat berdekatan dengan teman yang child friendly seperti ini, saya jadi mendadak meragukan sisi keperempuanan saya sendiri. Apalagi kalau yang child friendly ini adalah laki-laki, seperti pacar saya yang sekarang menjadi suami. Saking luwesnya suami saya menghadapi anak-anaknya teman waktu itu, rasanya saya sampai mau ngumpet aja di balik pohon biar ga kelihatan tambah canggung. Biar ga kelihatan tambah serem kaya monster =D

Lalu lahirlah Bodhi. Bayi mungil yang dalam sekejap menjungkir balikkan dunia saya. Beruntunglah saya karena punya suami yang luwes dalam menghadapi anak kecil. Saya ingat betul momen menggendong Bodhi untuk pertama kalinya setelah lahir. Momen saat saya bertanya kepada suami “cara gendongnya gimana?”. Sungguh amatiran sekali.

Perubahan berikutnya adalah perubahan karena pandemi. Singkat cerita, saya yang saat itu masih bekerja kantoran tiba-tiba harus bekerja dari rumah (WFH-Work From Home). Bodhi yang biasanya saya percayakan pengasuhannya di daycare, terpaksa saya rumahkan juga. Saya yang biasanya hanya bertemu sebentar sama Bodhi saat hari kerja, mendadak harus bertemu 24 jam dengannya.  Awalnya senang-senang saja di rumah sama bayi. Tapi saya lupa kalau bayi ternyata bisa bosan juga.

Segala macam mainan sudah saya tawarkan kepadanya, namun tidak juga berhasil untuk membuatnya berhenti rewel. Digendong masih rewel, dikipasi, diayun-ayun…tidak mau diam juga, sampai akhirnya saya coba untuk…menyanyi.

Ajaib. Suara sumbang saya ternyata mampu menenangkan anak saya yang rewel.

Sayangnya, ketidakpedulian dan ketidaksukaan saya terhadap anak kecil di masa lalu membuat memori saya terhadap lagu-lagu anak ikut menguap begitu saja. Tidak pernah saya bayangkan sebelumnya kalau saya akan sangat membutuhkan lagu-lagu anak itu sekarang.

Untungnya sekarang ini mudah sekali menemukan deretan lagu anak-anak di internet. Saya menemukan Cocomelon di baris pertama pencarian untuk kata kunci “Nursery Rhymes” pada You Tube. Tanpa pikir panjang, saya langsung memutarkannya untuk Bodhi. Setiap hari. Sampai saya dan suami hafal hampir semua lagunya. Sampai kami tanpa sadar nyanyi-nyanyi sendiri di rumah, di kantor, di jalan, di kamar mandi…

Bagi saya, Cocomelon adalah kanal You Tube yang paling enak buat menemani waktu bermain Bersama anak. Berikut ini adalah beberapa alasannya.

Konsisten

Jika dibandingkan dengan beberapa kanal You Tube lain dengan kategori yang sama, Cocomelon bisa dibilang lebih konsisten dalam banyak hal seperti : nada lagu yang enak didengarkan, enak dinyanyikan dan cenderung stabil temponya. Sementara yang lain yang pernah saya putar, lagunya kadang berubah-ubah. Kadang pelan dan enak didengar, tapi selanjutnya keras dan berisik. Jadinya kaget. Pengisi suara karakter Cocomelon juga tetap, tidak berubah-ubah. Membuat kita jadi merasa “kenal dekat” dengan karakternya.

Karakter yang Wajar dan Hangat

Karakter-karakter pada video musik untuk anak-anak sangat beragam. Ada karakter manusia, hewan-hewan, dan juga bentuk lainnya. Karakter yang ada di Cocomelon menurut saya lumayan “wajar” kalau dibandingkan yang lain. Wajar karena kadang ada karakter animasi yang entah bagaimana malah terlihat seram; matanya besar, suaranya nyaring, dan sebagainya. Raut muka dan ekspresi masing-masing karakter juga dibuat sedemikian rupa sehingga tampak alami dan terkesan hangat. Menyaksikan “keluarga” Cocomelon seperti sedang menyaksikan kegiatan sehari-hari di rumah sendiri. Ada Mommy, Daddy, TomTom, Yoyo, Jeje, Ms. Appleberry….kok saya hafal ya?

JJ dan teman-teman sekolahnya

Belajar Banyak Hal

Lagu-lagu yang ada di Cocomelon tidak hanya lagu anak-anak tentang permainan tapi juga lagu yang mengajarkan saya tentang banyak hal dari mulai kebiasaan-kebiasaan baik, serta  tata krama dan etika.  Favorit saya adalah saat para karakter laki-laki  (Daddy, TomTom & Jeje) turun tangan membersihkan dan merapikan rumah. Menurut saya, sudah saatnya sekarang ini anak laki-laki diajari untuk mengurus rumah sebagai bagian dari life skill yang harus dikuasai. Selain itu, hampir di setiap videonya terdapat adegan yang menunjukkan kasih sayang ayah dan ibu di depan anak-anaknya. Sebuah adegan yang mungkin masih agak tabu untuk dipraktekkan pada budaya kita, namun sesungguhnya diperlukan karena anak-anak perlu melihat bahwa orang tuanya saling menyayangi dan menghormati. Contoh sederhananya : saling memuji di depan anak-anak.

Itulah alasan-alasan mengapa saya menyukai Cocomelon. Saking sukanya sama lagu-lagunya, kadang saya membayangkan, jika Bodhi sudah besar dan tidak lagi butuh nursery rhymes, apakah saya akan jadi rindu dan memutarnya kembali? Entahlah.

lagu dan video favorit saya : Skidamarink!

Nah, kalau Bodhi bagaimana? Apakah dia suka menonton Cocomelon? Tentu saja! Bahkan baru mendengar intro opening videonya saja dia sudah putar balik dan mendekat. Padahal mungkin dia belum sepenuhnya mengerti. Jika sedang random melihat video-video di media sosial, saya juga menemukan unggahan dari para orang tua di seluruh dunia yang memperlihatkan betapa intro ini mampu membuat anak-anak mereka auto-lari mendekat saat mereka mendengarnya. Lucu sekali 😀

“At the end of the day, babies love CoComelon because it’s bright, flashy, entertaining, and full of repetition that feels comforting to them” https://www.romper.com/p/why-do-babies-love-cocomelon-experts-explain-38055145